Seputar Bogor – Nahas tak bisa dihindari, empat santri Pondok Pesantren Terpadu Perguruan Islam Yaspida di Sukabumi, Jawa Barat, dilaporkan meninggal dunia dan lima lainnya mengalami luka-luka akibat tanah longsor.

Peristiwa tragis ini terjadi di kompleks pesantren yang terletak di Jalan Parungseah, Desa Cipetir, Kecamatan Kadudampit, pada Rabu (13/11/2024) sekitar pukul 22:00 WIB.
Deden Sumpena, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi, mengonfirmasi bahwa peristiwa tersebut mengakibatkan empat santri meninggal dan lima lainnya luka-luka di lokasi longsoran.
“Ini adalah longsor susulan. Sebenarnya kejadiannya pada tanggal 5 (November) lalu, ketika terjadi longsor besar,” kata Deden kepada awak media setelah meninjau lokasi kejadian di Kadudampit, Kamis (14/11/2024) pagi.
Deden menjelaskan bahwa berdasarkan laporan dan pengecekan, terdapat sembilan orang santri yang menjadi korban longsor susulan. Rincian korban adalah sebagai berikut 4 orang meninggal dunia, serta 5 orang luka-luka dan saat ini dirawat di rumah sakit.
“Saat kejadian, informasi dari pimpinan pesantren menyebutkan bahwa mereka sedang dalam proses pengajian. Namun, korban yang terkena longsor tidak mengikuti pengajian dan berada di lokasi yang sudah dilarang oleh pihak sekolah, bahkan dilewati,” ujar Deden.
“Cuma memang pada saat itu malam juga terjadi hujan, sehingga mengakibatkan longsor susulan yang berdampak pada beberapa siswa yang meninggal dunia dan luka-luka,” tambahnya.
Kejadian ini menjadi peringatan akan pentingnya kewaspadaan terhadap bencana alam, terutama di daerah rawan longsor. Pihak BPBD akan terus memantau situasi dan memberikan bantuan yang diperlukan kepada korban dan pihak pesantren.
Sementara itu di tempat yang sama, Kasubsi Pengelola Informasi Dokumentasi dan Multimedia (PIDM) Polres Sukabumi Kota, Ipda Ade Ruli Bahtiarudin kepada Seputar Bogor mengatakan, berdasarkan keterangan saksi berinisial IN selaku penjaga sapi di lokasi kejadian, menerangkan bahwa sekitar pukul 21.30 WIB ini, sempat mendengar teriakan dari anak santri yang meminta tolong.
“Selanjutnya saksi IN menghubungi saksi WA. Setelah itu, saksi meminta bantuan kepada yang lain untuk melakukan evakuasi terhadap anak anak santri yang tertimpa dinding pematang kolam yang roboh,” kata Ade kepada Seputar Bogor Rabu (14/11).
Berdasarkan keterangan saksi, sambung Ade, bahwa kondisi kolam tersebut dalam keadaan kering tidak ada airnya, dan anak santri tersebut sembunyi diantara dinding yang roboh karena diduga tidak ikut kegiatan pengajian rutin.
“Para santri yang meninggal dunia dan mengalami luka-luka ini, saat kejadian tersebut diketahui mereka tidak mengikuti pengajian dan berada di lokasi yang memang sudah dilarang oleh pihak sekolah untuk ditinggali, bahkan dilewati. Jumlah korban yang terdampak dari robohnya dinding pematang kolam itu, ada sembilan orang, empat dinyatakan meninggal dunia, dan lima orang lainnya hanya mengalami luka-luka,” ujarnya.
Deden menambahkan, berdasarkan asesmen di lapangan, di wilayah Ponpes tersebut terdapat empat kolam dan konstruksi tanah dibawahnya merupakan lahan dataran rendah, sehingga tergerus ke bawah karena mungkin aliran air tidak tertampung dan di sebelah sampingnya itu daerahnya sangat rawan dan juga bertebing, sehingga tergerus.
“Bencana longsor yang terjadi di wilayah Ponpes tersebut hingga menyebabkan korban jiwa ini, bukan kali pertama terjadi, berdasarkan data yang tercatat di BPBD Kabupaten Sukabumi, sudah 3 kali kejadian bencana hingga menyebabkan kematian,” ungkap Deden.